nusakini.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama dengan Perhimpunan Biologi Indonesia (PBI) senantiasa mengupayakan agar kelestarian keanekaragaman hayati (Kehati) nusantara tetap terjaga dengan baik. Apalagi belakangan ini tingkat kehilangan Kehati atau lost biodiversity Indonesia cukup tinggi.

“Untuk itu, kami bersama PBI berusaha membuat konsep pembangunan dan pelestarian Kehati Indonesia yang sesuai dengan Aichi Biodiversity Targets yang telah disepakati bersama,” kata Siti Nuramaliti Prijono, Sekretaris Utama LIPI sekaligus Ketua PBI di sela-sela kegiatan Seminar Nasional “Komitmen Pemerintah terhadap Aichi Biodiversity Targets”, Sabtu (3/12), di Kota Bogor, Jawa Barat. 

• LIPI Sebut untuk Hadapi Revolusi Industri 4.0, Pangan Tradisional Harus Adopsi Teknologi
• LIPI Siapkan Regulasi Pengelolaan Mikroorganisme Indonesia
• Pelajar Indonesia Raih Emas di IEYI 2018 India
• LIPI: Perlu Pembangunan Infrastruktur Pariwisata untuk Peningkatan Nilai Tambah
• Kembangkan Budaya Ilmiah, LIPI Lakukan Pembinaan Ilmiah untuk Remaja Merauke

Lili, sapaan akrabnya menuturkan, Aichi Biodiversity Targets adalah target-target keanekaragaman hayati yang telah disepakati oleh negara-negara pihak pada Conference of the Parties (CoP) ke-10 Convention on Biological Diversity yang diselenggarakan di Nagoya, Aichi Prefecture, Jepang. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengikuti konferensi itu dan berkomitmen menjaga agar tingkat kehilangan Kehati bisa dihindari. 

Dikatakannya, pengelolaan Kehati yang baik akan berdampak positif tidak hanya bagi kelestarian alam, tapi juga bagi pembangunan nasional. “Pengelolaan Kehati yang berkelanjutan dengan fokus perencanaan dan koordinasi yang baik dengan daerah akan mendorong peningkatan ekonomi masyarakat daerah,” tutupnya. 

Sebagai informasi, kegiatan seminar nasional sendiri menghadirkan sejumlah narasumber yang mumpuni di bidang Kehati, antara lain Sri Ratnaningsih (Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Joeni Setijo Rahajoe (LIPI), Ario Damar (Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB), Rosichon Ubaidillah (LIPI/PBI), serta Tri Widiyanto (Masyarakat Limnologi Indonesia). (p/mk)